PALEMBANG -
Kabut asap dari Sumsel tidak sampai ke Singapura. Kondisi ini ditegaskan Kepala
Seksi Operasional dan Informasi Stasiun Meteorologi Kelas II SMB II BMKG
Sumsel, Agus Santosa, Selasa (16/9).
“Titik api
(hotspot) di Sumsel terus dikendalikan. Hingga kemarin, tinggal 70 titik. Jadi,
tidak benar kabut asap yang terjadi di Singapura kiriman dari Sumsel,” ujarnya.
Apalagi, angin mengarah ke Barat Laut wilayah Sumsel. Sedangkan Sumsel berada
di bawah Provinsi Riau dan Jambi.
“Kalaupun
menyebar, pasti hanya ke beberapa kabupaten/kota di Sumsel. Bandingkan dengan
Riau yang mencapai 118 hotspot,” kata Agus. Dengan terkendalinya kebakaran
hutan dan lahan di Sumsel, aktivitas masyarakat tidak terganggu. Jarak pandang
saja masih di atas 1.500 meter sehingga tidak memengaruhi penerbangan.
Kepala
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), H Yulizar Dinoto SH menambahkan,
untuk mengintensifkan pengendalian hotspot, Sumsel telah mendapat bantuan satu
unit helikopter Rusia kembali dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB).
Total sudah
3 helikopter yang dibantu BNPB. Ditambah 2 bantuan PT Sinarmas, ada 5
helikopter yang dikerahkan untuk melakukan pemadaman hutan dan lahan.
“Masyarakat peduli api dan satuan gabungan juga dikerahkan,” beber Yulizar.
Ditambahkan
Kepala UPTD Pengendalian Kebakaran Lahan dan Hutan (PKLH) Sumsel, Achmad
Taufik, jumlah titik api September memang paling tinggi dibanding bulan lain
(lihat grafis). “Tapi, tiap hari terus dilakukan upaya pemadaman sehingga tidak
makin banyak asap yang ditimbulkan,” imbuhnya.
Kepala
Dinas Kehutanan (Dishut) Sumsel, Ir Sigit Wibowo menilai, sanksi untuk pelaku
pembakaran hutan dan lahan belum tegas. “Saat ini, fokusnya pemadaman.
Perusahaan sudah dikumpulkan untuk serius mengatasi masalah kebakaran lahan dan
hutan ini. Pihak-pihak terkait diminta siaga satu. Kalau masih ada kebakaran
hutan atau lahan, berarti penindakannya tidak tegas,” katanya.
Perusahaan
yang terbukti lalai dan melakukan pembakaran hutan atau lahan harusnya dicabut
izinnya. Ada kewajiban dari perusahaan untuk mengamankan arealnya dari
kebakaran hutan dan lahan dengan menyediakan sarana, prasarana, dan sumber daya
manusia (SDM) untuk melakukan pemadaman.
“Luasnya
lahan kering di Sumsel juga menyulitkan. Kebakaran di Inderalaya saja susah
dideteksi. Untuk memadamkannya pun, sulit jika melalui jalan darat. Mau tidak
mau melalui udara,” cetus Sigit. Sedangkan jumlah helikopter yang membantu
upaya pemadaman melalui jalur udara terbatas.
0 comments:
Post a Comment