PALEMBANG -
Kebakaran lahan dan hutan di Sumatera dan Kalimantan belum juga tuntas
ditangani. Upaya pemadaman besar-besaran dengan water bombing dan hujan buatan
mulai menunjukkan hasil. Setidaknya, kabut asap yang terjadi tidak terlalu
pekat lagi.
Pantauan kemarin (21/9) dari dua satelit terhadap titik api (hotspot)
menunjukkan hasil yang berbeda. Satelit NOAA 18 mencatat jumlah hotspot di
Sumsel ada 31 titik, Kalbar (45), Kalteng (25), dan Kaltim (3) dengan luas
setiap titik lebih dari 110 hektare.
Sedangkan
satelit Terra Modis NASA mencatat sebaran titik yang lebih banyak lagi karena
mampu mendata hotspot dengan luasan minimum enam hektare. Yakni, Sumsel (35
titik), Lampung (7), Kalbar (86), Kalteng (451), Kalsel (75), dan Kaltim (132).
Indikasi
pembakaran hutan secara sengaja terlihat di wilayah Sumsel, khususnya di Ogan
Komering Ilir (34 titik) dan Lubuklinggau (1). “Kebakaran berada di perkebunan
dan lahan dekat permukiman, yang mengindikasikan bahwa lahan itu sengaja
dibakar,” kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) Pusat, Sutopo Purwo Nugroho, kemarin (21/9).
Biasanya,
ucap Sutopo, modus kebakaran hutan atau lahan yang terjadi di Sumsel adalah
kombinasi antara illegal logging dan pembakaran lahan. Karena itu, dia mendesak
aparat kepolisian untuk lebih aktif lagi dalam menindak para pembakar hutan.
Upaya pemadaman dengan hujan buatan maupun bom air (water bombing) terus
dilakukan. BNPB mengerahkan 9 helikopter pemboman air. Masing-masing, empat unit
di Sumsel, satu di Riau, satu di Kalbar dan tiga di Kalteng.
“Siang ini (kemarin siang), pesawat
Hercules C-130 TNI AU telah melakukan operasi hujan buatan dengan menaburkan
NaCl (garam dapur halus) sebanyak empat ton di atas wilayah Sumsel,” jelas
Sutopo. Hasilnya, hujan turun lebih cepat di Kota Palembang dan sekitarnya.
Pemadaman manual dari darat juga tetap dilakukan.
Di sisi
lain, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terus bersiap untuk mengantisipasi
lonjakan penderita infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) akibat asap dari
kebakaran hutan dan lahan. “Dinas Kesehatan (Dinkes) daerah sudah menyiapkan
masker,” ujar Dirjen Bina Upaya Kesehatan (BUK) Kemenkes RI, Akmal Tahir.
Katanya,
saat ini udara di Medan, Riau, dan Jambi masih berada dalam situasi yang tidak
sehat. Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) masih berada di atas 100 yang
menunjukkan pencemaran udara tinggi. “Tapi belum ada peningkatan apapun untuk
penyakit ISPA. Meski demikian kita akan terus monitor kabut asap di tiap kota,”
tandasnya.
Pesawat
Hercules yang akan digunakan untuk melakukan hujan buatan telah tiba di
Palembang. “Sedang helikopter Kamov dari Riau diganti helikopter Sikorsky
buatan Amerika Serikat. Heli ini sudah tiba di Palembang tadi (kemarin) pagi,
pukul 10.00 WIB,” kata Kepala BPBD Sumsel, Yulizar Dinoto didampingi Kepala
Dinas Kehutanan Sumsel Sigit Wibowo di kantor BPBD Sumsel.
Ditegaskan
Yulizar, pihaknya ingin agar udara di Sumsel cepat netral. Karena itu, mereka
mengajukan kepada BNPB untuk dilakukan hujan buatan mendukung water bombing
yang telah dilakukan sebelumnya.
Pesawat
Hercules TNI AU itu dengan 15 kru akan menyebar sebanyak 20 ton garam per hari
dengan bantuan TMC (teknologi modifikasi cuaca). Kru tersebut dari BPPT, BPBD,
dan BMKG. “Semua yang ada di pesawat
Hercules saling berkoordinasi. Pesawat mulai dioperasikan menjelajahi wilayah
Sumsel pukul 13.00 WIB. Kami akan mencari lokasi yang ada pembentukan awannya.
Dan itu tidak mudah,” jelas Yulizar.
Helikopter
Sikorsky dikerahkan untuk water bombing di kawasan Tulung Selapan, OKI. Hujan
turun dua hari terakhir ternyata tidak membasahi wilayah “lumbung asap” itu.
“Hari ini (kemarin), kami kerahkan semua kendaraan yang berfungsi untuk water
bombing ke OKI, tepatnya di Tulung Selapan,” cetusnya.
Di sana, per
20 September tercatat ada 21 hotspot. Operasional helikopter Sikorsky
dihadapkan dapat membantu tiga MI-8 yang telah lebih dahulu terlibat dalam
upaya pemadaman kebakaran lahan dan hutan di Sumsel.
Helikopter
Sikorsky ini tidak kalah canggih dengan Kamov. Kapasitas angkut airnya mencapai
4.000 liter. Wadah penampung airnya bisa menyerah air secara otomatis.
Kasi Observasi BMKG Bandara Palembang Agus Santosa, mengatakan,
hujan yang terjadi beberapa hari ini adalah keberuntungan Sumsel. Hal itu
karena ada daerah lain yang telah membuat hujan buatan, tapi karena angin punya
pengaruh besar, maka awan pun bergeser dan ke arah Sumsel.
“Tapi tidak
semua wilayah di Sumsel dapat kiriman awan pembuat hujan. Yang turun hujan
hanya sebagian wilayah Empat Lawang, Pagaralam, Musi Rawas, Muba, Banyuasin,
Palembang, Prabumulih, OKUS, dan Muara Enim. Kabupaten OKI malah tidak kena
hujan. Karenanya titik api terbanyak ada di sana,” tuturnya.
Awan hujan
juga tak bertahan lama di langit Sumsel. BMKG memprediksi, dalam beberapa hari
ke depan, Sumsel akan terang benderang alias tidak berawan. Kondisi ini akan
sulit menerapkan TMC dan melakukan hujan buatan.
“Besok
(hari ini) diprediksi tidak ada awan cumulonimbus sehingga potensi kebakaran
hutan akan terus terjadi,” cetusnya. Ditambahkan Sekda Sumsel H Mukti Sulaiman,
pihaknya terus lakukan koordinasi dengan pihak terkait dalam menanggulangi
bencana asap akibat kebakaran lahan dan hutan.
“Mengingat
ini masalah yang penting, maka kami akan lakukan rapat koordinasi tanggal 23
September nanti dengan Wapres Boediono,” tukasnya. Wapres akan memimpin
langsung rapat apel siaga terkait kebakaran yang menyebabkan asap di Indonesia.
Rapat di Griya Agung itu akan dihadiri Menteri Luar Negeri, Menteri Kehutanan,
Menteri Lingkungan Hidup, Kepala UKP4, Panglima TNI, Kapolri, Mendagri, Kepala
Satgas BP Redd+.
Selain
Gubernur Sumsel H Alex Noerdin, juga dijadwalkan ada Gubernur Jambi, Riau,
Kalimantan Tengah, Kapolda Sumsel, Jambi, Riau dan Kalimantan Tengah. Lalu
hadir Kepala BPBD Sumsel, Jambi, Riau dan Kalimatan Tengah, dan BPPT.
PT Angkasa
Pura (AP) II juga akan menerima bantuan
enam unit GMG tambahan dari Menristek. Saat ini sudah terpasang enam GMG di
kawasan bandara. “Dengan bantuan alat itu, meski jarak pandang 1.000 meter,
pesawat tetap bisa mendarat. Beda dengan Jambi dan Bengkulu. Radar dan radio
yang ada di Bandara SMB II bisa menangkap pesawat yang datang,” pungkasnya.
0 comments:
Post a Comment