Kabut Asap Menyelebungi Lapangan Terbang |
PALEMBANG - Bencana kabut asap yang tidak kunjung selesai membuat
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan “patah arang”. Berbagai upaya pemadaman
kebakaran lahan dan hutan di Sumsel agar asap menghilang terus dilakukan, namun
faktanya belum membuahkan hasil.
Gubernur Sumsel H Alex Noerdin mengaku menyerah dan sedih karena tidak bisa
mengatasi bencana kabut asap. “Sudah banyak yang kami lakukan, mulai dari
pemadaman kebakaran hutan dan lahan via darat ataupun water bombing. Tapi
kebakaran terus terjadi dan asap tidak kunjung menghilang,” kata Alex kepada
wartawan usai Pelantikan Penghubung Komisi Yudisial Wilayah Sumsel di
Pengadilan Tinggi Sumsel, kemarin (16/10).
Alex menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat Sumsel karena belum
bisa menghentikan kabut asap. Permohonan maaf itu dikarenakan Alex mendapat
kiriman surat kaleng dan surat resmi dari masyarakat Sumsel karena disangka
Gubernur Sumsel belum bisa menyelesaikan masalah tersebut.
“Saya banyak terima surat. Bahkan ada di antaranya yang minta asap ditertibkan
dan minta agar diselesaikan sampai 7 hari sejak surat itu diterima. Agak
mengherankan. Tapi yang jelas kami minta maaf kepada semua masyarakat Sumsel,”
kata dia.
Menurut Alex, hanya hujan yang bisa membantu. Di samping, berupaya keras
untuk memadamkan api. “Kami mohon untuk dimengerti,” lanjut Alex.Ia berharap agar masyarakat Sumsel bertindak dan berpikir cermat, jangan
hanya menyalahkan pemerintah atas bencana asap ini. “Pemerintah pastinya sudah
berikan upaya yang maksimal, sudah juga laksanakan salat Istisqa. Tapi memang
belum bisa berikan hasil yang diharapkan. Mari kita semua antisipasi agar
mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan,” imbuh Alex.
Kasi Observasi dan Informasi BMKG SMB II Palembang, Agus Santosa,
mengatakan, asap akibat kebakaran lahan dan hutan terus berlanjut hingga kini,
bahkan belum berkurang sehingga masih menyelimuti Sumsel. “Jika dipantau dari
Satelit modis yakni Terra dan Aqua pagi tadi (kemarin) pukul 05.00 WIB hanya
ada satu hotspot di OKI. Meski hanya satu titik tapi akibat dari pemadaman api
menyebabkan asap yang tebal,” kata dia.
Menurutnya, asap yang menutupi di beberapa kabupaten kota di Sumsel,
sebagian besar adalah kiriman dari OKI. Karena arah angin masih dari tenggara
ke barat laut. “Asapnya bertiup, setelah mengambang dan turun ke beberapa
kabupaten kota lainnya di Sumsel. Jika ada angin dari arah lain maka akan
membuat asap sedikit menipis. Tapi lebih baik lagi jika ada hujan, maka akan
membuat asap secara global menjadi tipis,” jelas Agus.
Mengenai perkiraan hujan, BMKG belum bisa memastikan. Sebelumnya BMKG
memberikan perkiraan hujan akan terjadi di pertengahan Oktober, tapi setelah
diamati kembali akibat dari panas permukaan bumi di Sumsel yang mencapai 40
derajat maka hujan diperkirakan terjadi pada akhir Oktober. “Kami perkirakan di
akhir Oktober nanti hujan turun. Kemungkinan kapasitasnya kecil, tapi perlahan
akan terus membesar,” imbuh Agus.
Letkol (Pnb) Sapuan SSos, Komandan Pangkalan TNI-AU, menuturkan, selama
kurang dari satu pekan ini jarak pandang di Sumsel khususnya di kawasan
penerbangan Bandara SMB II Palembang mencapai kisaran 400 meter di pagi dan
sore hari. Hal itu mengakibatkan beberapa masakapai penerbangan tidak bisa
landing ataupun take off dari bandara itu karena pengaruh visibility yang sangat
pendek. “Kondisi ini pastinya merugikan bagi penerbangan. Memang dengan
visibility sejauh 400 meter dan termasuk di bawah minimal itu akan menghambat
jalur penerbangan,” kata dia.
TNI-AU memiliki peran dalam memadamkan kebakaran lahan dan hutan. Saat ini,
pihaknya mengerahkan tiga heli bantuan untuk water bombing yakni MI8, Kamov,
dan Bolko dengan kapasitas tampungan air seberat 4.000 liter. Sementara itu,
heli Sir Korsky yang sudah selama hampir tiga minggu melakukan water bombing
sudah dikembalikan ke Pekanbaru demi memadamkan hotspot di provinsi tersebut.
“Sebagai gantinya, pusat memberikan Sumsel bantuan berupa heli MI-171 asal
Rusia dengan kapasitas 4.500 liter. Heli ini akan datang besok pagi (pagi ini)
di base-off Lanud. Ini akan menjadi heli khusus water bombing juga nantinya,”
beber dia.
Untuk pesawat Hercules milik TNI-AU, kata dia, sudah diminta kembali dari
Surabaya dan datang ke Sumsel kemarin (16/10). “Hercules ini dimanfaatkan untuk
TMC, dan jika memang belum bisa dimanfaatkan di Sumsel, maka kita akan semai
garam di tempat lain dengan mencari awan yang sesuai dengan arah angin,
sehingga bisa membawa hujan,” jelas Sapuan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Yulizar Dinoto menambahkan,
hasil rapat koordinasi di pangkalan TNI-AU Palembang bersama Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menjadwalkan hujan buatan akan
dilaksanakan hari ini (17/10). “Kita melihat ada pergerakan awan potensial.
Kepala UPT Hujan Buatan dari BPPT mengungkapkan pihaknya siap melaksanakan
Teknologi Modifikasi Cuaca,” kata Yulizar.
BPBD Sumsel dan BPPT memantau potensi awan penghujan selama beberapa hari
ke depan. Bahkan, pertumbuhan awan pun mulai terlihat. Pesawat Cassa 232 milik
BPPT yang sebelumnya berada di Bandung disiagakan ke Sumsel. “Pesawat Hercules
dari TNI-AU dioperasikan melakukan TMC dan juga ada Pesawat Cassa 232 yang
dikirim ke Sumsel. Hal ini untuk mempercepat hujan agar masalah kabut asap
terselesaikan,” tegasnya.
Kegiatan rutin water bombing terus dilakukan, bahkan empat helikopter telah
dioperasikan ke daerah yang belum diguyur hujan. Hanya saja titik api terbesar
penyumpang kabut asap masih kiriman dari OKI dan akibatnya di Palembang dan
sekitarnya diselimuti asap. “Water bombing tetap dilakukan. Seperti di OKI dan
sebagainya. Kita tetap berusaha di samping berdoa agar kabut asap dari
kebakaran hutan dan lahan segera berakhir,” tandasnya.
Sementara itu, kepekatan kabut asap kembali mengganggu aktivitas
penerbangan di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II, Palembang. Kemarin,
hampir semua penerbangan pagi mengalami delay. Bahkan, kedatangan maskapai
Citilink dari Bandara Halim Perdana Kusuma, dibatalkan.
“Hanya bisa ikhlas dengan kondisi cuaca seperti ini. Kecewa pasti itu,
namun sebagai penumpang yang ingin selamat, saya hanya bisa mentaati aturan dan
ketentuan yang ada,” ujar Feny, seorang penumpang maskapai yang tertunda.
Penerbangan yang mengalami penundaan yakni penerbangan pertama pada pesawat
around atau pesawat inap, seperti GA 101 tujuan Jakarta dengan schedule 05.45
WIB. Sebanyak 11 Maskapai untuk kedatangan. Apa saja? Dari Jakarta ada pesawat
Garuda Indonesia GA 100, GA 102, GA 104, Lion Air JT 340, dan JT 330.
Lalu, Sriwijaya Air SJ 082 dan Pangkal Pinang SJ 881. Dari Medan, Garuda
Indonesia GA 266 dan dari Kuala Lumpur Air Asia AK 451. Sedangkan untuk
keberangkatan tercatat 11 maskapai.
PT GM Angkasa Pura Huzain Achmadi melalui Finance, Administration and
Communication Manager, Sundjaya, menegaskan, penerbangan maskapai masih banyak
yang mengalami delay lantaran kabut asap yang terlihat pekat, terutama pagi
hari. Visibility sekitar pukul 07.30 WIB hanya 300 meter. Pendek kata, pesawat
tidak diperbolehkan untuk mendarat. “Visibility di atas 800 meter, maskapai
boleh mendarat, hal itu sudah menjadi ketentuan keselamatan penumpang,”
ungkapnya di ruang kerjanya.
Untuk penerbangan pertama, semuanya lancar. Hanya saja penerbangan
terkendala oleh pesawat yang terlambat mendarat. Imbasnya, beberapa jadwal
penerbangan ikut terlambat. Dengan adanya delay, kata Sundjaya, PT Angkasa Pura
mengalami kerugian berupa pembayaran listrik yang meningkat. “Dapat dipastikan
pembayaran listrik pasti naik, namun untuk berapanya kita belum tahu. Terutama
untuk pemakaian peralatan listrik di bagian parkir pesawat. Kalau selama ini,
pemakaian sebentar menjadi lebih lama karena penundaan
keberangkatan,”pungkasnya.
0 comments:
Post a Comment